Benci
hanyalah sebuah perasaan, dan sebagaimana perasaan yang lain perasaan ini pun
bisa saja tidak untuk selamanya. Orang-orang zaman dahulu sering mengingatkan,
“Jangan terlalu benci, nanti jadi cinta!” Dan memang demikian adanya.
Setidaknya, hal itulah yang terjadi pada kakakku.
Sejak
di bangku sekolah dia sangat membenci buku, apalagi yang namanya perpustakaan,
paling anti atau bisa juga dibilang alergi. Dia sering bercerita tentang buku
dan masa lalunya itu dengan penuh kebencian, mungkin bisa juga dikatakan
“muak”. Kalaupun ke perpustakaan paling-paling kerjaannya hanya nonton TV,
ngobrol, atau sekadar duduk-duduk.
Setelah
lulus sekolah alergi bukunya tidak hilang, bahkan mungkin semakin menjadi
setelah dia mengenal adanya beberapa tipe kecerdasan berikut gaya belajar
mereka masing-masing. Dia meyakini bahwa dirinya bertipe auditori sehingga
lebih suka belajar melalui audio atau audiovisual.
Meski
dibesarkan dengan cara yang serupa denganku aku tidak mengerti mengapa kakak
berubah. Dulu Bapak sering membelikan kami buku-buku dongeng nusantara. Kami
memilih sendiri buku tersebut di toko lalu membacanya dengan riang gembira.
Walau sebenarnya tak ada yang salah dengan tipe auditori kakak, namun
mendapatinya kini berubah itu cukup mengherankan.
Ini adalah sebagian dari buku yang kumiliki
Beda
kakak beda pula aku. Aku sangat menyukai buku dan bacaan apapun, hampir semua
jenis. Tidak heran dong kalau bukuku banyak. Nah suatu hari aku menawari kakak
beberapa buku yang mungkin sesuai dengannya. Ada buku agama, bahasa asing, komunikasi,
ekonomi, dan sebagainya. Kupilihkan yang sekiranya cocok/dibutuhkan untuk
kondisinya saat itu. Aku lupa tepatnya buku jenis apa yang pertama kali
kupinjamkan/kutawarkan, dan ternyata dia suka. Setelah dia menuntaskan bukunya
kutawarkan lagi buku yang lain, terkadang dia suka namun terkadang pula tidak,
dan begitu seterusnya. Akhirnya, seiring dengan waktu sekarang dia sendiri yang
suka meminjam buku padaku dan adik. Kadang-kadang malah request minta
dipilihkan buku dengan jenis tertentu.
Ini salah satu bukuku yang kupinjamkan pada kakak dan disukainya
Kakakku
sangat rajin, meski membacanya suka melompat-lompat (tidak urut, dimulai dari
bagian yang paling membuatnya penasaran) tapi jika belajar sesuatu dia berusaha
keras untuk paham. Berbeda denganku yang membacanya cenderung urut dan enggan
mengulangnya lagi, dia tidak keberatan mengulang membacanya sampai benar-benar
paham.
Kalau
kakak biasanya meminjam buku bahasa asing, agama, kesehatan, komunikasi, dan
sebagainya dariku maka darinya aku juga bisa meminjam buku bahasa asing.
Hobinya mempelajari bahasa asing sehingga dia meminjamiku buku-buku tentang
itu. Buku-buku bahasa asing miliknya sangat mudah dipahami, lebih enak
dipelajari daripada punyaku. Dari sini akhirnya kami saling belajar.
Selain
kakak aku punya saudara satu lagi yaitu adik. Adikku tidak terlalu suka
membaca. Entahlah apakah itu disebabkan karena dia berjenis kelamin laki-laki
atau tidak. Kecintaannya terhadap buku itu bermula dari ketika dia mengikuti
jejakku untuk mengajar les privat. Waktu itu aku mendorongnya sehingga
kepercayaan dirinya meningkat. Aku sangat yakin dengan kemampuannya, bahkan
menurutku adikku ini sangat jauh lebih pintar daripada aku. Akhirnya aku pun
berhasil.
Sebagai
guru privat adikku bekerja dengan penuh totalitas sehingga untuk memenuhi
kebutuhan mengajarnya dia rela membeli buku-buku yang dibutuhkan, meski
sebenarnya bukunya yang dulu masih ada. Mungkin karena dia mampir ke toko buku
untuk membeli buku-buku tersebut akhirnya dia melirik juga buku-buku lain yang
ada di sana.
Sekarang
jangan ditanya lagi tentang adikku, kalau sedang ada obral buku dia malah bisa
lebih kalap dariku. Diboronglah buku-buku itu. Ada buku agama, bisnis,
travelling, psikologi, biografi, budaya, dan motivasi/inspirasi.
Ini adalah contoh buku milik adikku yang kupinjam
Perbedaan
sifat di antara kami bertiga mempengaruhi selera buku kami. Akan tetapi, itu
bukanlah masalah, malah merupakan suatu keuntungan yang besar. Kami bisa saling
meminjam buku satu sama lain sehingga sama-sama mendapat kemanfaatan. Sinergi
yang indah, bukan? Dengan cara ini wawasan kami bisa semakin luas tanpa perlu
mengeluarkan banyak biaya.
Kalau
mau, para pembaca juga bisa mengikuti jejak kami untuk mendapatkan manfaat dari
membaca dengan cara yang hemat. Kalau ada yang bilang membenci buku bisa jadi
itu hanya masalah selera, belum menemukan buku yang tepat.
Bagi
yang menyukai buku-buku bertema perempuan namun bingung buku apa, saya sarankan
untuk membaca Stiletto Book.
Stiletto Book adalah buku-buku yang diterbitkan oleh Penerbit Stiletto, yaitu Penerbit Buku Perempuan. Intinya adalah
buku-buku yang menceritakan tentang perempuan dengan segala aktivitasnya (dunia
perempuan). Kalau buku bertema perempuan disarankan untuk membaca Stiletto Book, yang tema apa lain apa
dong? Ha...ha...ha...cari sendiri ya, bisa dengan cara melihat katalog online,
ke toko buku, atau cara lainnya. Ada pepatah bilang, Banyak jalan menuju
Roma. Usaha ya!
Data penulis:
Nama : Dini Nuris Nuraini
FB: Dini Nuris Nuraini
Twitter: @danau_kenangan
Email: dininuris@ymail.com
Aku juga suka membaca, mba. Kalau nggak membaca malah ada yang aneh. Sukses, mba :) . Salam kenal
BalasHapusSalam kenal juga mbak.
HapusSama dong kita. Ayuk mbak ikutan juga evennya.
Aamiin. Makasih.:)
kalau ketmu buku yang menarik... kadang-kadang di baca sampai habis hingga lupa waktu.... nah pas ketemu yang ngga pas.. suka bikin ngantuk :)
BalasHapusIya bener mas. Buku yang pas itu salah satu penunjang semangat membaca buku :)
HapusWah nggak tahu kalau itu. :D
BalasHapusTergantung bukunya juga sih emang ya, tapi gue rasa semua orang pasti suka baca, meskipun cuman manga.
BalasHapusHello salam kenal. Meninggalkan jejak kata telah bertandang disini. Rumah kata yg menyenangkan. Selamat berkata2 slalu
BalasHapus