Rest: why you get more done when you work less.
Penulis: Alex SooJung-Kim Pang
Kemarin, buku "How to be Everything" sudah membahas bagaimana orang itu bisa sukses dalam berbagai bidang sekaligus, yang disebut multipotentialite, generalis, atau semacamnya. Kemudian setelahnya aku mereview buku "Learning How to Learn," yang isinya ternyata masih berhubungan, malahan minat yang satu dengan minat yang lain dikatakan bisa saling mendukung dan membuatmu menonjol dibandingkan dengan orang yang hanya fokus mempelajari 1 bidang atau materi. Di sini, Barbara Oakley menjelaskan mengenai 2 cara kerja otak, yaitu otak fokus dan otak difus. Nah, otak difus inilah yang dijelaskan oleh Alex Soojung-Kim Pang pada buku "Rest" ini, tapi istilahnya beda. Dia tidak pakai istilah otak difus, tapi aku lupa apa.
Otak difus bisa distimulasi dengan olahraga, seni, tidur siang, istirahat, atau hal-hal lain yang merilekskan. Berbeda dengan keyakinan banyak orang, istirahat bukanlah sesuatu yang pasif dan tidak produktif. Sebaliknya, kita harus menganggap istirahat sama pentingnya dengan kerja itu sendiri. Dengan istirahat ini otak bisa memulihkan diri, memiliki refleks lebih baik, kemampuan belajar lebih baik, kemampuan membuat keputusan lebih baik, ide-ide baru bermunculan, dan sebagainya. Jadi, hasil terbaik itu bukan didapatkan dari mereka yang bekerja dalam waktu terpanjang, tetapi mereka yang memiliki ritme yang tepat antara waktu bekerja dan istirahatnya.
Selain itu, istirahat ini juga memungkinkan orang untuk menguasai bidang yang sepertinya bertentangan, seperti seni dan sains, olahraga dan sains, sains dan bahasa, atau lainnya.
Istirahat yang dimaksud di dalam buku ini ada yang berupa istirahat harian dan ada juga yang bulanan atau tahunan, yang disebut dengan sabbatical. Ada desainer yang setiap 7 tahun sekali itu istirahat setahun, ada juga koki yang istirahat 6 bulan setiap tahunnya dengan menutup restorannya lalu mencoba bereksperimen dengan bahan baru, resep baru, atau masakan baru. Ketika mereka kembali dari istirahatnya, mereka kembali dengan ide-ide baru yang fresh.
Jadi, kita harus tahu kapan menggunakan otak fokus dan otak difus kita dan harus bisa split/ganti mode dengan mudah. Kemampuan itulah yang nantinya menunjang pembelajaran atau kesuksesan kita. Dengan kata lain, kita harus bisa hidup seimbang, nggak kerja melulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.