07 Desember 2016

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?



Saya berani.
Dan itulah yang saya lakukan hingga kini. Bukan berarti akan mudah ya, tapi pastinya akan membuat hidup lebih menarik dan menantang. Di saat sebagian orang terjebak pada pekerjaan yang tidak disukainya, saya tidak.

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?
Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

Ada banyak alasan orang bekerja pada bidang yang tidak disukai, misalnya demi pendapatan tinggi, menuruti orang lain, gengsi, prestise, atau takut dijadikan bahan rasan-rasan negatif. Akan tetapi, ketidaksinkronan hati, pikiran, dan perbuatan mereka bisa sangat menguras energi, bahkan menurunkan semangat atau menyebabkan tidak bahagia. Itu tak baik karena belum bekerja saja sudah mengalami krisis energi. Kecuali bagi mereka yang berhasil beradaptasi, dapat tetap sukses di dalam pekerjaannya, walau mungkin masih ada perasaan bahwa itu (dia yang baru) bukan dirinya yang sesungguhnya (krisis identitas).

Menjadi Penulis Berawal dari Hobi

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

 Impian saya adalah menjadi penulis. Impian tersebut berawal dari hobi yang kemudian membawa pada bidang pekerjaan yang sama, yaitu sebagai penulis. Keputusan untuk menjadi penulis penuh ini tidak terjadi secara tiba-tiba. Nada-nada sumbang yang kerap terdengar serta tidak adanya pendukung membuat saya harus benar-benar menyiapkan nyali sebelum terjun ke dalamnya. Dimulai dari menjajaki dulu bidang-bidang lain karena berbagai alasan, kemudian berganti menjadi setengah-setengah (setengah bekerja di bidang lain dan setengah menjadi penulis), baru yang terakhir full menulis. Ternyata, hati memang tak bisa bohong. Ada perasaan tidak enjoy dan tidak bisa fokus menulis saat belum sepenuhnya terjun ke bidang ini. Akhirnya saya putuskan untuk mengakhiri semua itu dan membuat pilihan yang tidak umum: menjadi penulis penuh.

Mulai Menempuh Jalur yang Berliku

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?
Mengikuti workshop kepenulisan 

Saya belajar menulis dari nol dan secara otodidak. Proses mengirim ke penerbit atau media pun sama, dari nol juga. Segala cara ditempuh hanya berbekal kemauan kuat. Tidak tahu sama sekali plus tidak ada yang memberi tahu. Proses trial and error-nya terhitung sangat lama, mulai dari proses menulisnya, jenis tulisannya, cara mengirim ke media atau penerbit, dan lain-lain. Entah sudah berapa kali saya mengirim naskah dan tidak dimuat/tidak terbit. Banyak sekali biaya yang keluar untuk kertas, tinta printer, ongkos kirim, atau lainnya. Apalagi naskah buku yang dikirim juga sering salah alamat. 

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?
Buku pertama saya

Lambat laun jalan sebagai penulis terbuka semakin lebar. Sedikit demi sedikit saya mulai berkenalan dengan penulis lain, lebih mengenal tentang penerbit, dan bergabung dengan komunitas-komunitas kepenulisan.


Ketika Saya Berhasil, Banyak Orang Terinspirasi

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

Kalau di awal karir saya sudah menyerah saat mendapat kata-kata negatif dari orang lain, mungkin saya tidak akan sampai pada tahap ini. Dahulu, memenangkan satu kontes saja dianggap tidak mungkin oleh orang-orang di sekitar. Kemenangan akan selalu dianggap sebagai kebetulan. Bahkan sebenarnya mereka mungkin sama sekali tak berpikir bahwa saya bisa menang, pun demikian dengan penerbitan buku, mungkin sama sekali tak akan mengira kalau buku saya bisa terbit.

Ketika semua itu mampu saya patahkan, terjadilah suatu keanehan. Sepertinya, ada pandangan tak tertulis di masyarakat bahwa jika orang di dekatmu bisa maka kamu pun bisa seperti dia. Keinginan untuk mencoba itu menular ke orang-orang di sekeliling. Kakak dan adik mulai ikut-ikutan menulis lalu beberapa teman Facebook juga mengirim pesan ke inbox menanyakan berbagai hal tentang kepenulisan atau menawarkan tulisannya, tak ketinggalan pula mantan saya beserta temannya yang minta dieditkan naskahnya. Bahkan, murid saya (dulu saya seorang guru) ikut termotivasi dan berhasil menjuarai beberapa even kepenulisan setelah mengetahui karya-karya saya.

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

Sebagian hasil menulis saya (karya, hadiah, dan pembelian)


 Baru-baru ini keanehan serupa juga terjadi. Waktu itu saya berniat meng-upgrade ilmu menulis dengan mengikuti pelatihan menulis opini di media massa bersama para guru dan kepala sekolah. Di sana, banyak dari mereka yang masih lemah dalam menulis artikel. Saya tahu karena dalam pelatihan tersebut diberikan tugas-tugas berupa praktek langsung. Beberapa peserta sangat antusias untuk mengirimkan tulisannya tetapi sayang belum sesuai dengan harapan mentor. Tanpa putus asa, sang mentor terus berusaha memberi contoh-contoh tulisan opini yang sudah dimuat di koran, namun hasilnya masih mengecewakan. Baru ketika saya mengirim tugas dan mendapat apresiasi sangat positif dari mentor tersebut, secara ajaib kualitas tulisan dari peserta-peserta lain meningkat. Amazing, bukan? Inilah yang saya sebut dengan pandangan bahwa jika orang di dekat saya bisa, maka saya juga bisa. Ternyata, contoh dari teman lebih manjur daripada contoh langsung dari koran. Peserta-peserta pelatihan itu akhirnya satu demi satu bisa menembus rubrik opini di berbagai media massa.

Inilah Kepuasan Terbesar Saya

Meski perjalanan saya mungkin tidak secepat orang lain, tetapi hasil tidak mengkhianati usaha. Masa panen pun akhirnya tiba. Materi dari kemenangan lomba, honor karya yang dimuat, atau royalti sedikit demi sedikit saya dapati. Kesemua itu pasti memberikan kebahagiaan dan kepuasan tersendiri. Akan tetapi, kepuasan terbesar saya bukanlah berasal dari hal-hal tadi, melainkan dari hal-hal di bawah ini:

  • Mendatangkan apresiasi positif

Di sekitar saya (dan mungkin juga Anda), respon negatif lebih mudah dijumpai. Oleh karena itu, ketika ada orang yang merespon positif teknik menulis atau isi tulisan saya, perasaan saya bahagia ... sekali. Karena bagi saya menulis itu tidak mudah, terkadang perlu riset, pengolahan kata, pemilihan ide yang tepat, gaya bercerita yang sesuai, dan hal-hal semacam itu.

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?


Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?
Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

  • Menggugah atau menciptakan perubahan pemikiran (mindset)

Poin ke-2 ini adalah poin pemberi kepuasan puncak. Begitu pembaca merasa tergugah setelah membaca tulisan saya, perasaan saya langsung melambung jauh ke awang-awang. Sungguh, kebahagiaan dan kepuasannya tiada terkira.

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

  • Menyumbangkan ide

Seringkali tujuan menulis saya adalah untuk menyumbangkan ide, jadi tidak semata-mata tentang lomba menulis. Terlepas dari menang atau tidak, ide saya sudah sampai kepada pihak yang berwenang atau masyarakat (tergantung tema lombanya). Terkadang, terjadinya perubahan itu lebih penting daripada memusingkan ide itu milik siapa/berasal dari mana. Tetapi itu hanya antara saya dan penyelenggara ya, bukan antara saya dengan peserta lain (bukan tentang pencurian ide oleh peserta lain). Yang penting berubah ke arah positif. Itu saja.
 
Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?


Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?


  • Memberi kesejukan/menenangkan/empati

Diakui atau tidak, tidak semua orang bisa menulis dengan baik. Sementara orang yang bisa menulis dengan baik tidak semuanya mau menuliskan tentang pemikiran positifnya. Banyak orang memilih kesal saat membicarakan masalah umum di masyarakat. Sebagian di antaranya menuliskan kekesalan tersebut dengan nada-nada yang tidak ramah/tidak indah. Nah ketika saya mengangkat hal-hal tadi ke dalam tulisan secara positif, beberapa orang tadi merasa terwakili perasaannya. Di situ kami seperti terhubung oleh perasaan saling mengerti (tentang hal yang dimaksud), merasa tidak sendiri, punya saudara jauh, dan saling menghibur. 

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

  • Menginspirasi untuk ikut mencoba

Ini seperti yang sudah saya utarakan di atas. Jadi, keberanian untuk mencoba/memulai/mendalami itu menular, optimisme itu menular, semangat itu menular, dan ... apa lagi yang lebih indah daripada menularkan hal-hal positif kepada orang-orang di sekeliling?

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

 Lima hal di atas itulah yang memberikan saya kepuasan terbesar sebagai penulis. Membuat saya merasa bahwa hidup saya bermakna dan beroleh kebahagiaan dunia. Jika beruntung, terselip pula harapan bahwa tulisan-tulisan saya akan bernilai ibadah atau sedekah jariyah.

Hidup ini singkat. Walau sekadar hobi, jadikanlah bernilai. Itulah yang saya lakukan dengan hobi dan sekaligus pekerjaan ini.

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

Tak masalah jika impian kita tidak umum, asalkan kita yakin dan bersungguh-sungguh di dalamnya. Kelak, Insya Allah, kesungguhan hati tersebut akan mengantarkan kepada kesuksesan/kepuasan/kebahagiaan, yang akhirnya sedikit banyak bisa menginspirasi orang-orang di sekitar.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.