Saya berani.
Dan itulah yang saya
lakukan hingga kini. Bukan berarti akan mudah ya, tapi pastinya akan membuat
hidup lebih menarik dan menantang. Di saat sebagian orang terjebak pada
pekerjaan yang tidak disukainya, saya tidak.
Ada
banyak alasan orang bekerja pada bidang yang tidak disukai, misalnya demi
pendapatan tinggi, menuruti orang lain, gengsi, prestise, atau takut dijadikan
bahan rasan-rasan negatif. Akan tetapi, ketidaksinkronan hati, pikiran,
dan perbuatan mereka bisa sangat menguras energi, bahkan menurunkan semangat
atau menyebabkan tidak bahagia. Itu tak baik karena belum bekerja saja sudah
mengalami krisis energi. Kecuali bagi mereka yang berhasil beradaptasi, dapat
tetap sukses di dalam pekerjaannya, walau mungkin masih ada perasaan bahwa itu
(dia yang baru) bukan dirinya yang sesungguhnya (krisis identitas).
Menjadi Penulis Berawal
dari Hobi
Impian
saya adalah menjadi penulis. Impian tersebut berawal dari hobi yang kemudian
membawa pada bidang pekerjaan yang sama, yaitu sebagai penulis. Keputusan untuk
menjadi penulis penuh ini tidak terjadi secara tiba-tiba. Nada-nada sumbang
yang kerap terdengar serta tidak adanya pendukung membuat saya harus
benar-benar menyiapkan nyali sebelum terjun ke dalamnya. Dimulai dari menjajaki
dulu bidang-bidang lain karena berbagai alasan, kemudian berganti menjadi
setengah-setengah (setengah bekerja di bidang lain dan setengah menjadi
penulis), baru yang terakhir full menulis. Ternyata, hati memang tak bisa bohong.
Ada perasaan tidak enjoy dan tidak bisa fokus menulis saat belum sepenuhnya
terjun ke bidang ini. Akhirnya saya putuskan untuk mengakhiri semua itu dan membuat
pilihan yang tidak umum: menjadi penulis penuh.
Mulai Menempuh Jalur
yang Berliku
Mengikuti workshop kepenulisan
Saya
belajar menulis dari nol dan secara otodidak. Proses mengirim ke penerbit atau
media pun sama, dari nol juga. Segala cara ditempuh hanya berbekal kemauan
kuat. Tidak tahu sama sekali plus tidak ada yang memberi tahu. Proses trial
and error-nya terhitung sangat lama, mulai dari proses menulisnya, jenis
tulisannya, cara mengirim ke media atau penerbit, dan lain-lain. Entah sudah
berapa kali saya mengirim naskah dan tidak dimuat/tidak terbit. Banyak sekali
biaya yang keluar untuk kertas, tinta printer, ongkos kirim, atau lainnya.
Apalagi naskah buku yang dikirim juga sering salah alamat.
Buku pertama saya
Lambat
laun jalan sebagai penulis terbuka semakin lebar. Sedikit demi sedikit saya mulai berkenalan dengan
penulis lain, lebih mengenal tentang penerbit, dan bergabung dengan
komunitas-komunitas kepenulisan.
Ketika Saya Berhasil,
Banyak Orang Terinspirasi
Kalau di awal karir saya sudah menyerah saat mendapat kata-kata negatif dari orang lain, mungkin saya tidak akan sampai pada tahap ini. Dahulu, memenangkan satu kontes saja dianggap tidak mungkin oleh orang-orang di sekitar. Kemenangan akan selalu dianggap sebagai kebetulan. Bahkan sebenarnya mereka mungkin sama sekali tak berpikir bahwa saya bisa menang, pun demikian dengan penerbitan buku, mungkin sama sekali tak akan mengira kalau buku saya bisa terbit.
Ketika
semua itu mampu saya patahkan, terjadilah suatu keanehan. Sepertinya, ada
pandangan tak tertulis di masyarakat bahwa jika orang di dekatmu bisa maka kamu
pun bisa seperti dia. Keinginan untuk mencoba itu menular ke orang-orang di
sekeliling. Kakak dan adik mulai ikut-ikutan menulis lalu beberapa teman
Facebook juga mengirim pesan ke inbox menanyakan berbagai hal tentang
kepenulisan atau menawarkan tulisannya, tak ketinggalan pula mantan saya
beserta temannya yang minta dieditkan naskahnya. Bahkan, murid saya (dulu saya
seorang guru) ikut termotivasi dan berhasil menjuarai beberapa even kepenulisan
setelah mengetahui karya-karya saya.
Sebagian hasil menulis saya (karya, hadiah, dan pembelian)
Baru-baru
ini keanehan serupa juga terjadi. Waktu itu saya berniat meng-upgrade
ilmu menulis dengan mengikuti pelatihan menulis opini di media massa bersama
para guru dan kepala sekolah. Di sana, banyak dari mereka yang masih lemah
dalam menulis artikel. Saya tahu karena dalam pelatihan tersebut
diberikan tugas-tugas berupa praktek langsung. Beberapa peserta sangat antusias
untuk mengirimkan tulisannya tetapi sayang belum sesuai dengan harapan mentor. Tanpa putus asa, sang mentor
terus berusaha memberi contoh-contoh tulisan opini yang sudah dimuat di koran, namun
hasilnya masih mengecewakan. Baru ketika saya mengirim tugas dan mendapat
apresiasi sangat positif dari mentor tersebut, secara ajaib kualitas tulisan dari
peserta-peserta lain meningkat. Amazing, bukan? Inilah yang saya sebut
dengan pandangan bahwa jika orang di dekat saya bisa, maka saya juga bisa.
Ternyata, contoh dari teman lebih manjur daripada contoh langsung dari koran.
Peserta-peserta pelatihan itu akhirnya satu demi satu bisa menembus rubrik
opini di berbagai media massa.
Inilah Kepuasan
Terbesar Saya
Meski
perjalanan saya mungkin tidak secepat orang lain, tetapi hasil tidak mengkhianati
usaha. Masa panen pun akhirnya tiba. Materi dari kemenangan lomba, honor karya
yang dimuat, atau royalti sedikit demi sedikit saya dapati. Kesemua itu pasti memberikan kebahagiaan dan kepuasan tersendiri. Akan tetapi, kepuasan
terbesar saya bukanlah berasal dari hal-hal tadi, melainkan dari hal-hal di
bawah ini:
- Mendatangkan apresiasi positif
Di
sekitar saya (dan mungkin juga Anda), respon negatif lebih mudah dijumpai. Oleh
karena itu, ketika ada orang yang merespon positif teknik menulis atau isi
tulisan saya, perasaan saya bahagia ... sekali. Karena bagi saya menulis itu
tidak mudah, terkadang perlu riset, pengolahan kata, pemilihan ide yang tepat,
gaya bercerita yang sesuai, dan hal-hal semacam itu.
- Menggugah atau menciptakan perubahan pemikiran (mindset)
Poin
ke-2 ini adalah poin pemberi kepuasan puncak. Begitu pembaca merasa tergugah
setelah membaca tulisan saya, perasaan saya langsung melambung jauh ke awang-awang. Sungguh,
kebahagiaan dan kepuasannya tiada terkira.
- Menyumbangkan ide
Seringkali
tujuan menulis saya adalah untuk menyumbangkan ide, jadi tidak semata-mata
tentang lomba menulis. Terlepas dari menang atau tidak, ide saya sudah sampai
kepada pihak yang berwenang atau masyarakat (tergantung tema lombanya). Terkadang,
terjadinya perubahan itu lebih penting daripada memusingkan ide itu milik
siapa/berasal dari mana. Tetapi itu hanya antara saya dan penyelenggara ya,
bukan antara saya dengan peserta lain (bukan tentang pencurian ide oleh peserta
lain). Yang penting berubah ke arah positif. Itu saja.
- Memberi kesejukan/menenangkan/empati
Diakui
atau tidak, tidak semua orang bisa menulis dengan baik. Sementara orang yang
bisa menulis dengan baik tidak semuanya mau menuliskan tentang pemikiran
positifnya. Banyak orang memilih kesal saat membicarakan masalah umum di
masyarakat. Sebagian di antaranya menuliskan kekesalan tersebut dengan
nada-nada yang tidak ramah/tidak indah. Nah ketika saya mengangkat hal-hal tadi
ke dalam tulisan secara positif, beberapa orang tadi merasa terwakili
perasaannya. Di situ kami seperti terhubung oleh perasaan saling mengerti
(tentang hal yang dimaksud), merasa tidak sendiri, punya saudara jauh, dan
saling menghibur.
- Menginspirasi untuk ikut mencoba
Ini
seperti yang sudah saya utarakan di atas. Jadi, keberanian untuk
mencoba/memulai/mendalami itu menular, optimisme itu menular, semangat itu
menular, dan ... apa lagi yang lebih indah daripada menularkan hal-hal positif
kepada orang-orang di sekeliling?
Lima
hal di atas itulah yang memberikan saya kepuasan terbesar sebagai penulis.
Membuat saya merasa bahwa hidup saya bermakna dan beroleh kebahagiaan dunia.
Jika beruntung, terselip pula harapan bahwa tulisan-tulisan saya akan bernilai
ibadah atau sedekah jariyah.
Hidup
ini singkat. Walau sekadar hobi, jadikanlah bernilai. Itulah yang saya lakukan
dengan hobi dan sekaligus pekerjaan ini.
Tak
masalah jika impian kita tidak umum, asalkan kita yakin dan bersungguh-sungguh
di dalamnya. Kelak, Insya Allah, kesungguhan hati tersebut akan mengantarkan
kepada kesuksesan/kepuasan/kebahagiaan, yang akhirnya sedikit banyak bisa
menginspirasi orang-orang di sekitar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.