09 April 2015

TAK SEKEDAR MAJU...JALAN

Berawal dari kata, untaian kata kemudian terjalin menjadi kalimat. Kalimat itu kemudian kita yakini dan menjelma menjadi suatu tindakan (untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu). Tindakan ini akan menentukan hidup kita. Dari sini kita perlu menggarisbawahi bahwa menyaring setiap informasi itu sangat penting. Adakalanya ucapan, kritik, saran, nasehat, pernyataan, dan lain-lain kurang tepat adanya.

“Siap grak! Maju...jalan!” komando seperti ini sering kita jumpai pada saat kegiatan baris-berbaris.  Bertahun-tahun saya meyakini bahwa saya hanya perlu untuk maju, andaipun tak bisa berlari maka berjalanlah, kalau tak bisa berjalan merangkaklah. Pokoknya bagaimanapun caranya saya harus maju. Banyak orang berkata kepada saya, “Lakukan saja terus, nanti lama-lama akan menjadi ahli dengan sendirinya.” Orang yang lain berkata, “Yang penting praktek, prakteknya diperbanyak.” Sebagai penulispun sering terdengar pernyataan, “Kirim saja terus pasti nanti akan ada yang dimuat.”

Saya tidak bermasalah dengan kesungguhan hati, saya pun meyakini penuh bahwa kegigihan adalah faktor pendukung kesuksesan. Akan tetapi, ada “lubang” di balik kesungguhan hati dan kegigihan tersebut, yaitu terkait dengan pernyataan-pernyataan di atas. Bertahun-tahun saya hanya tahu berusaha terus sampai berhasil, praktek terus, dan hasilnya...? Ibarat menebang kayu dengan kapak, saya terus menebang dengan jarang sekali mengasah kapaknya. Bukan berarti cara ini tanpa hasil, tetapi membutuhkan waktu yang lebih lama.





Ketika kita melakukan hal yang sama dan tidak mengambil pelajaran di dalamnya serta tidak memperbaiki diri maka hasilnya akan sama. Hindari untuk melakukan kesalahan yang sama dua kali, apalagi lebih.

Mulailah saya #BeraniLebih untuk mengerahkan segenap daya dan upaya (all out). Praktek saya dukung dengan teori, lalu setelah saya aplikasikan saya evaluasi lagi di mana letak kekurangannya. Saya yang tadinya meyakini bahwa banyak hal bisa dilakukan secara otodidak, mulai memperbaiki keyakinan tersebut. Memang benar bahwa banyak hal bisa dilakukan secara otodidak, tetapi adanya guru yang tepat bisa memperpendek tahap proses pembelajaran. Dengan demikian, kesuksesan bisa diraih dengan lebih cepat. Saya membutuhkan guru yang mahir di bidang tersebut, guru yang bisa mengajar saya dengan baik, guru yang nyaman, dan sebagainya. Mulailah saya mencari guru tersebut. Tak hanya itu, saya mulai mempersiapkan segalanya dengan lebih baik, benar-benar all out. Targetnya adalah kesuksesan itu sendiri, bukan iseng/coba-coba.

Ketika orang berkata “Nanti lama-lama akan ahli sendiri”, “Yang penting praktek”, atau “Kirim saja terus pasti nanti akan ada yang dimuat” terkadang tujuannya adalah untuk memotivasi, tapi bisa menjadi sesuatu yang menjerumuskan kalau tidak disikapi dengan tepat. Di dalam pernyataan tersebut juga ada kesan merendahkan yang implisit, yaitu bahwa penulis akan dikasihani. Karya yang dimuat / diterbitkan adalah karena dikasihani. Beberapa orang berpikir dengan mengirim karya terus-menerus tulisan itu akan menjadi membaik dengan sendirinya, sehingga layak muat / terbit. Tidak, itu tidak benar. Kalau kita tidak melakukan perbaikan, hasil karya kita akan seputar itu saja kualitasnya, tidak akan pernah mencapai standar mereka. Media massa tidak akan mau mengambil risiko memuat atau menerbitkan tulisan yang di bawah standar mereka. Ada nama yang dipertaruhkan, untung rugi, dan berbagai hal lain di sana. Hindarkan keyakinan semacam itu! Lakukan segala usaha dengan segenap daya dan upaya lalu berbanggalah karena kita memang pantas mendapatkan hasil terbaik darinya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.