![]() |
| Joget ala pejabat |
Indonesia Laksana Malam
Siapa bilang Indonesia gelap. Bukan, ini bukan gelap. Ini malam. Gelap itu seperti sesuatu yang buruk, tetapi malam tidak. Malam di negeriku ini adalah malam yang indah, tempat kami melepaskan segala lelah.
Di sana, kami sudah tak perlu lagi memikirkan dunia. Kami tinggal menyetorkan uang-uang dan pajak-pajak kepada para pejabat negara, lalu terima beres hasilnya. Itu karena mereka terlalu baik. Mereka tak ingin kami kelelahan mengurus uang-uang dan harta-harta kami sepanjang hari. Dulu, kami suka lupa makan karena sibuk bekerja. Sekarang tidak lagi, melihat mereka makan makanan mewah perut kami kenyang seketika.
Itu semua karena selain negara kami sangat kaya, kami memiliki pejabat-pejabat yang strategik serta peduli rakyat dan negara. Mereka adalah pribadi-pribadi multitalenta, yang unggul di bidang apa saja. Dengan jurus seribu wajahnya, mereka bisa membuat “rakyat” masuk ke berbagai lembaga, atas namanya. Sebut saja pemilihan MA, KPK, KPI, BPK, MK, Mahkamah Kehormatan Dewan, dan Komisi Yudisial, semua harus atas persetujuan mereka. Ini membuat rakyat (baca: DPR) sangat kokoh dan tak bisa dihancurkan oleh siapa saja.
Pejabat Negara sebagai Pintu Gerbang Persepsi Dunia
Pada era globalisasi saat ini, kita juga sangat membutuhkan transferable skill, yaitu suatu keahlian yang bisa digunakan lintas bidang. Contohnya, menerapkan ilmu ekonomi ke dunia politik. Negara kami sangat memahami hal tersebut. Oleh karena itu, untuk mempersepsikan bahwa rakyat Indonesia sejahtera dan kaya, maka para pejabat sebagai wakil dari rakyat harus dibekali dengan berbagai fasilitas mewah. Fasilitas tersebut harus menyeluruh, mulai dari makanan mahal, uang rapat mahal, dukungan kendaraaan, tampilan keren, dan tunjangan-tunjangan yang fantastis jumlahnya. Kemewahan ini bertujuan agar Indonesia tak dipandang sebelah mata oleh negara lain, selain juga menunjukkan betapa dermawan rakyatnya.
Jangan lupa, kami rakyat paling dermawan sedunia. Tentu saja kami juga berderma ke pejabat kami dulu sebelum berderma ke lainnya. Pajak mereka kami tanggung, beras mereka juga, transportasi, atau kunjungan kerja mereka ke planet Mars, serta komunikasi mereka dari Mars ke Bumi semua tinggal kami beri. Uang makan pejabat dalam rapat 2 jam saja sebesar 171 ribu, uang hotel maksimal 9,3 juta per orang per hari, bahkan seragam dinas gubernur saja anggarannya bisa mencapai 150 juta lebih.
Hanya pemimpin bervisi besar yang sanggup memikirkan hal ini. Ibarat dagangan, yang paling diinginkan untuk dilirik akan diletakkan di etalase terdepan, dan didesain menyolok sekali. Jika kita ingin hubungan dengan negara lain mulus, kita sangat membutuhkan ini, selain juga dilengkapi dengan dual sistem pembacaan gaji. Sistem ini memungkinkan gaji DPR dibaca dengan mode “rendah hati” dan mode “percaya diri”. Mode “rendah hati” ditulis sebagai gaji pokok 4,2 juta, sedikit lebih tinggi dari UMR Indonesia yang sebesar 3,3 juta. Mode “rendah hati” ini bisa bermanfaat untuk mengesankan kesederhanaan, bahwa mereka itu sangat mewakili rakyat Indonesia, sampai-sampai gajinya saja tidak sebesar UMP Jakarta. Sementara itu, dalam mode “percaya diri”, berdasarkan bocoran dari Mahfud MD., pendapatan total DPR kita dalam sebulan bisa mencapai 2 milyar lebih. Mode “percaya diri” ini lebih bermanfaat untuk mengesankan pada negara lain bahwa Indonesia sangat kaya, kami (baca: mereka/DPR) adalah gambarannya. Dengan demikian, negara-negara lain akhirnya segan dan akan berpikir ulang kalau mau menghina atau mencari gara-gara.
Tapi kemewahan saja tidak cukup. Para pejabat juga menunjukkan betapa mereka peduli pada pendidikan rakyat—dengan cara yang tak biasa.
Langsung Mendidik Rakyat dengan Contoh
DPR kami juga tidak suka omong kosong. Mereka suka mendidik rakyat secara langsung, bahkan jika itu bisa mencederai namanya sendiri. Tidak main-main, DPR turun tangan langsung untuk mendidik rakyat agar pandai berhitung, berpikir kritis, dan memprotes jika ada pejabat yang salah. Rakyat begitu heboh ketika "DPR tersebut" salah hitung tentang tunjangan rumah. Padahal, itu "memang strateginya". Hanya pejabat bervisi tinggi dan cinta rakyat yang bisa demikian. Levelnya sudah tinggi, wajar jika banyak orang awam yang pemahamannya belum sampai ke sana.
Saat Rakyat Ingin Bertemu Langsung dengan Pejabat
![]() |
| Joget teruus (pejabat berjoget di atas penderitaan rakyat) |
Negara luar mungkin mengira kami berteriak-teriak karena mengeluh kepada pemerintah. Mengapa kami harus mengeluh jika pemerintah saja sudah menjalankan amanat Pasal 34 ayat 1 UUD 1945. Mereka telah memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar sehingga semakin berkembangbiak jumlahnya. Malahan, kami berbahagia karena bisa berderma semakin banyak kepada negara. Pajak-pajak kami yang gila-gilaan jumlah, jenis, dan kenaikannya itu sebenarnya terlalu kecil bagi kami. Itu berarti negara kami sangat sejahtera. Itu membuat kami tampak keren di mata dunia.
Kami tidak merasa berat karenanya. Bukankah kami rakyat tersantai di dunia? Masalah apa pun tinggal dibawa joget saja. Kami sudah digembleng presiden seperti ini sejak beliau masih mencalonkan diri. Kemudian, karena kami mudah lupa, DPR kembali mengajak kami berjoget ria dari tempat kerjanya. “Jangan dipikir berat-berat, dijogetin saja.” Begitu kira-kira pesannya.
Para pejabat kami memang mengagumkan. Dengan masalah negara yang dianggap seremeh itu baginya, masalah kami jelas tak ada apa-apanya. Itulah mengapa kami berlomba-lomba menulis tentang mereka di media sosial atau melangitkan namanya di dalam doa-doa.
Itu karena mereka membuat beban di pundak kami semakin luar biasa.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.