![]() |
| Angka tujuh belas |
Tujuh belas tahun dan tujuh belas Agustus. Sama-sama tujuh belas dan sama-sama tentang kemerdekaan, tetapi maknanya jauh berbeda. Tujuh belas tahun adalah umur yang dinanti-nanti remaja agar mendapat izin pacaran, sedangkan 17 Agustus adalah hari Kemerdekaan Indonesia.
Mirisnya, pada saat umur kemerdekaan remaja tercapai, hubungan s*ks di luar nikah semakin merajalela. Mereka menyasar masa kelulusan sekolah, hari ulang tahun, hari Valentin, malam tahun baru, dan hari jadian untuk melakukan hubungan terlarang.
Perzinaan semacam ini menjadi kian wajar, bahkan menjadi tren. Kita tak lagi mendapatinya hanya dari hubungan pelac*ran dan istri atau suami simpanan, tetapi juga dari Friend with B*nefit (FWB), k*habitasi (tinggal serumah tanpa menikah/kumpul k*bo), ataupun pacaran. Jika generasi kakek-nenek kita dulu berpacaran jauh-jauhan, surat-suratan, dan dengan malu-malu, generasi sekarang model pacarannya harus ketemuan, sentuh-sentuhan (kontak fisik), ci*man, bahkan berhubungan b*dan. Tak heran jika kata kunci “meny*sui pacar” dan “kekasih selalu mengajak hub*ngan bener sayang ga” kemudian menjadi trending di dunia maya.
Para wanita tersebut mungkin tidak menyadari bahwa FWB, k*habitasi, maupun pelac*ran adalah ancaman bagi pernikahan.
Lebih lengkapnya bisa tonton bahayanya di video ini:
Hal yang paling diinginkan pria dari suatu pernikahan adalah bisa menyalurkan hasrat s*ksualnya dengan halal. Jika mereka sudah mendapatkannya dari hubungan di luar nikah, maka alasan mereka untuk menikah menjadi semakin sirna. Secara biologis kebutuhan mereka sudah terpenuhi sedangkan secara finansial dan lainnya mereka tidak perlu bertanggung jawab, menanggung beban keluarga, atau menafkahinya.
Maraknya zina ini kemudian membawa dampak tersendiri. Pria yang berzina itu kemudian biasanya dipaksa untuk menikahi wanita yang dizinainya. Selain itu, ada juga orang yang berusaha mencegah zina itu terjadi, yaitu melalui pernikahan dini. Pihak wanita selalu disebut-sebut dan disalahkan di sini jika menolak laki-laki yang belum mampu secara finansial atau kurang cakap dalam berumahtangga. Mereka mulai menyerang wanita itu, orangtuanya, maharnya, atau hal lainnya tanpa melakukan introspeksi diri untuk menyiapkan calon prianya dulu sebelum pantas untuk diterima. Meskipun berdalih hubungan yang halal, pernikahan dengan pria yang tidak siap sangat merugikan wanita, baik secara fisik, finansial, psikis/emosional, atau apa saja. Wanita seperti dit*mbalkan hanya karena para pria tidak mampu menahan hawa nafsunya. Benar pernikahan mungkin akan meningkat dan perzinaan mungkin akan menurun, tetapi perceraian pasti juga akan meningkat. Ini sangat tidak adil bagi wanita.
Di sisi lain, kini mulai marak adanya ch*ldfree. Ch*ldfree ini sangat menguntungkan bagi orang yang berzina atau bahkan para pezina. Maraknya perzinaan biasanya diikuti dengan maraknya aborsi. Ab*rsi mempunyai efek samping atau risiko seseorang menjadi sulit memiliki keturunan, terutama jika dilakukan berulang-ulang. Dengan tanpa adanya beban untuk memiliki keturunan, gangguan atau kerusakan rahim akibat ab*rsi tadi bisa semakin melancarkan perbuatan zinanya (misal ab*rsi tadi membuat mereka mandul, mereka jadi lebih santai dalam berzina dan setelah menikah bisa beralasan ch*ldfree sehingga tidak perlu takut karena tidak bisa memiliki keturunan). Selain itu, ch*ldfree juga sangat mendukung pasangan LaGiBeTe karena mereka tidak harus memiliki anak. Jadi, di antara pelanggaran-pelanggaran agama tersebut saling mendukung satu sama lain.
Begitu banyaknya masalah sosial yang bisa terjadi akibat perzinaan seperti meningkatnya Penyakit Menular Seksual (PMS), meningkatnya pernikahan yang tidak dikehendaki, meningkatnya perceraian, dan lain-lain sehingga kontras sekali jika kita membandingkan antara kemerdekaan remaja pada usia 17 tahun ini dengan kemerdekaan Indonesia. Jika kemerdekaan 17 Agustus adalah hasil cucuran keringat dan darah para pahlawan di medan perang, cucuran keringat di r*njang adalah hasil dari para remaja usia 17 tahun bergelut dengan bir*hinya. Sama-sama tujuh belas, tetapi tujuh belasmu wahai remaja sungguh mencoreng dan membebani keluarga dan negara, merusak masa depan bangsa Indonesia.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.