12 Desember 2016

Tasia, Penulis Keren dari Unair Surabaya



Namanya Tasia. Lengkapnya adalah Alberta Natasia Adji. Kulitnya putih, matanya sipit, dan tubuhnya mungil. Dia sibuk mencari-cari buku di ruang itu, sebelum akhirnya duduk di sebelahku. Hal sama yang kulakukan setelah sadar datang kepagian. Absen sebentar lalu melihat-lihat koleksi buku di ruang bernama American Corner itu, sebuah ruangan yang ada di dalam perpustakaan kampus B Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.

Gadis yang sepertinya chinese itu tersenyum ramah, menenggelamkan matanya menjadi semakin sipit. Saat tangannya terulur untuk mengajak bersalaman, barulah aku sadar kalau wajahnya-lah yang terpampang dalam poster pelatihan menulis yang hendak kuikuti itu. Ya, pada poster itu ada fotonya, alias dialah pembicaranya. Dasar aku saja yang cuek sehingga tadinya kupikir dia hanya sesama pengunjung perpustakaan Amcor, sebutan umum untuk American Corner Unair

Menjelang acara dimulai, satu demi satu peserta mulai berdatangan. Semuanya masih berstatus mahasiswa di Airlangga University, hanya aku yang mahasiswa kadaluarsa, haha ... Becanda, maksudnya hanya aku yang sudah alumni, walaupun aku juga dari Unair sih dulunya. Kebayang kan kalau aku tua sendiri? Aku mengetahui acara tersebut dari Twitter Event Surabaya. Rencananya akan berlangsung dalam 4 kali pertemuan setiap Selasa pekan pertama, yaitu tanggal 6 September, 4 Oktober, 1 November, dan 6 Desember 2016. Aku datang pada pertemuan perdana, tanggal 6 itu. Bagiku, belajar tidak mengenal umur. Tak elok rasanya jika meremehkan seseorang hanya karena dia lebih muda. Barangkali memang ada sesuatu yang bisa kupelajari darinya.


Tasia, Penulis Keren dari Unair Surabaya
 Poster pelatihan menulis bersama Tasia

Ketika waktunya tiba, Tasia mulai menceritakan pengalaman menulisnya. Dia pernah menulis cerpen, novel, maupun naskah drama. Novelnya berjudul “Youth Adagio” dan “Dante”. Dua peserta pria dan empat wanita asyik menyimak sambil lesehan, termasuk aku. Selain kami ada pula mas ganteng penjaga Amcor ikut lesehan di sana. Sambil mengarahkan Tasia dia juga ikut bertanya, sepertinya berminat juga untuk menjadi penulis.

Di sela-sela Tasia menceritakan pengalaman dan tips-tips menulisnya, aku banyak bertanya. Dibanding peserta lain, aku lebih siap dengan pertanyaan-pertanyaan, karena aku sudah terjun langsung di dunia penulisan ini (dan memang aku bermasalah dengannya). Beberapa darinya merupakan pertanyaan dari MOOC luar negeri yang kuadopsi. Aku penasaran Tasia akan menjawab apa. Siapa tahu menjadi tambahan ilmu menulis buatku. Setiap orang punya cara yang unik, bukan? Bisa saja jawaban mereka berbeda.




Semakin mengenalnya semakin kagum aku pada penulis muda di sebelah kiriku ini. Menurutku, dia adalah sosok yang terencana, terarah, fokus, disiplin, dan pandai mengatur waktu. Berbeda denganku yang memilih jalur nonformal, dia sengaja ingin menjadi penulis dengan menempuh jalur formal, yaitu dengan mengambil jurusan S1 Sastra Inggris dan S2 Ilmu Budaya Unair. Mungkin, hal tersebut bisa dipahami karena keluarganya mendukung cita-citanya, walaupun keluarga besarnya tidak. Kalau keluargaku memang sejak awal tidak mendukung, mustahil bila kutempuh jalur formal seperti dia. Akan tetapi, bukan hanya itu yang membuatku kagum padanya. Ada hal lain, yaitu ketika dia bercerita bahwa persentase kegagalan menulisnya itu sangat kecil. Seingatku, hanya 2 kali kiriman cerpen yang gagal lalu setelahnya dimuat, begitupun dengan novel, hanya 2 kali penolakan sebelum akhirnya diterbitkan. Wow, itu prestasi yang sangat hebat! Aku saja tak terhitung berapa kali mengirim karya dan gagal. Keberhasilan baru kuraih setelah melalui banyak sekali kegagalan. Rupanya, hal itu terjadi padanya karena adanya perencanaan yang sangat matang. Walau mengaku belajar secara otodidak, Tasia ini sangat rajin membaca berbagai buku dan novel tebal atau bahkan ensiklopedi sebagai bahan riset. Dia punya target baca setiap minggu, juga target menulis. Selain itu, dia juga suka mengamati gaya bicara atau karakter orang untuk mendukung ceritanya. Tasia itu pembelajar kreatif. Dia menemukan cara-cara unik yang bisa berhasil untuk dirinya sendiri. Mungkin, dia juga termasuk pembelajar cepat.

Tasia, Penulis Keren dari Unair Surabaya
 Saya (paling kiri), Tasia (no. 2 dari kiri), dan para peserta pelatihan

Menemukan Tasia yang sangat terarah seperti itu memberikan suatu kekayaan tersendiri bagiku. Bagaimana tidak, banyak juga orang yang menyarankan asal dilakukan lalu belajar sambil jalan. Terjun saja, pokoknya berani. Banyak dari mereka yang melewatkan langkah perencanaan/persiapan. Hanya bermodalkan keberanian dan kenekatan. Bisa dilihat kan, dengan persiapan yang sangat baik persentase kegagalan Tasia berada di posisi hampir nol. Aku belum bisa seperti dia.

Usai acara, mas ganteng penjaga Amcor membagi-bagikan suvenir kepada seluruh peserta dan Tasia. Suvenir Tasia berbeda, tak seperti peserta yang mendapat blocknote dan bolpen. Sebelum meninggalkan Amcor tak lupa aku meminta tolong mas ganteng untuk mengabadikan kenangan kami.

Aku merasa sangat beruntung bisa berkenalan dengan Tasia, penulis keren dari Universitas Airlangga Surabaya. Calon penulis hebat. Insya Allah.

10 Desember 2016

Fantastic Fatin, Inspirasi dan Kejutan di Seputar Kehidupan Fatin Shidqia Lubis


Kejutan-Kejutan dalam Kehidupan Fatin


Hari itu, empat tahun lalu (2012), 4 orang juri dikejutkan dengan masuknya kontestan wanita bernomer 11218 ke ruang audisi X-Factor Indonesia 2013. Masih mengenakan pakaian sekolah, wajah gadis berkerudung itu tampak tak ber-make up. Ahmad Dhani, Rossa, Anggun C. Sasmi, dan Bebi Romeo selaku juri audisi itu sempat menganggapnya tak serius karena penampilannya yang tak seheboh peserta-peserta lain. Namun, mereka kemudian berubah pikiran setelah si gadis memperdengarkan suara emasnya. Lagu Grenade dari Bruno Mars yang baru saja dibawakannya seolah mampu mengisap para juri tersebut masuk ke dalamnya. Gadis bersuara emas itu adalah Fatin Shidqia Lubis.


 
Fatin Shidqia Lubis
Sumber: http://alchetron.com



 Kalau para juri terkejut, orangtua Fatin, Bahari Lubis dan Nurseha, juga tak kalah terkejut. Mereka tak tahu kalau anaknya bisa menyanyi. Fatin pun ikut terkejut. Dia terkejut saat namanya disebut sebagai juara dari even X-Factor Indonesia 2013. 

Sehabis menyanyikan lagu, tahu-tahu videonya muncul di situs resmi Bruno Mars (www.brunomars.com), pemilik asli dari lagu Grenade yang dinyanyikannya. Bukan cuma itu, situs GOTALENT.TV juga menyejajarkan videonya dengan video artis berbakat menyanyi lainnya seperti Susan Boyle dan Carly Rose.


Layaknya para artis lain yang baru menang, kemenangan dari gadis kelahiran Jakarta 30 Juli 1996 ini pun mendatangkan berbagai tawaran job, mulai dari menjadi bintang iklan, menjadi narasumber sebuah buku, brand jilbab, serta diajak berpartisipasi di dalam film “Dreams” dan “99 Cahaya di Langit Eropa”. Di dalam film Dreams ini Fatin menjadi tokoh utama karena memang 60% ceritanya diadaptasi dari kisahnya.


Setelah masa-masa ramai job tadi, biasanya tak semua artis bisa bertahan. Di sini, Fatin tampil cukup mengejutkan. Lagunya yang berjudul "Aku Memilih Setia", yang dirilis secara digital via iTunes serentak di seluruh radio Indonesia, langsung merajai chart iTunes Indonesia (banyak diunduh oleh para pecinta musik). Dengan lagu yang sama, lagu Fatin juga berhasil menjadi lagu Indonesia paling hot tahun 2013 versi KapanLagi.com bersama lagu Walk (Agnes Monica), Lumpuhkan Ingatanku (Geisha),  Tak Lagi Sama (Noah), dan River (JKT48).


Fatin kemudian kembali merajai iTunes Indonesia dengan lagu “Perahu Kertas” yang dibawakannya dan meraih peringkat ke-4.


The Daf Bama Music Awards 2016, Jerman  
Sumber: http://titiknol.co.id

Sukses menelurkan single pertama, lahirlah single ke-2 yaitu lagu religi berjudul “KekasihMu”, disusul dengan "Dia Dia Dia" sebagai single ke-3. Single ke-3 ini pun memberikan kejutan manis untuknya. Dalam 2 minggu saja klipnya sudah menembus satu juta penonton.


Kabar mengejutkan lain datang dari album perdananya yang berjudul “For You”. Di saat industri musik sedang lesu, album ini malah berhasil meraih 7 platinum hanya dalam waktu 3 minggu setelah dirilis pada 11 November 2013. Satu lagu di dalamnya, “Cahaya di Langit Itu” bahkan digunakan sebagai soundtrack dari film 99 Cahaya di Langit Eropa.


Prestasi Fatin yang begitu fantastis membuatnya beberapa kali diundang ke berbagai acara musik maupun acara penghargaan seperti Indonesia Movie Awards dan Indonesia Kids Choice Awards 2013. Tentu saja, dia juga pernah meraih penghargaan. Penghargaan yang diterimanya adalah AMI Award for Best Pop Female Solo Artist. Selain itu, dia juga meraih penghargaan sebagai Pendatang Baru Terdahsyat dalam ajang Dahsyatnya Awards 2014.



Di tahun 2014 juga, lagu miliknya yang berjudul “Semua Tentangmu” langsung menjadi trending topic worldwide hanya dalam waktu 2 jam setelah rilis. Fatin berhasil membuat lagu ciptaan Daniel Caesar, Olof Lindskog, dan Ludwig Lindell dari Swedia itu banyak diperbincangkan di berbagai jaringan sosial, termasuk di halaman Facebook World Music Awards.


Sepertinya, kejutan yang dialami Fatin belum akan berakhir. Fatin terpilih menjadi satu-satunya wakil dari Indonesia pada ajang penghargaan yang digelar di Barclaycard Arena, Hamburg, Jerman pada 27 Agustus 2016 lalu, plus berhasil memenangkannya. Dia berhasil memenangkan penghargaan berupa Best Asian New Female Act Awards di The Daf Bama Music Awards 2016.


Kejutan-kejutan dalam hidup Fatin tak hanya mengejutkan Fatin sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitarnya. Hidup ini dinamis, dan Fatin telah berhasil membuktikan bahwa pergerakan hidupnya adalah dinamis yang menuju ke arah positif. Kisah-kisah tersebut pasti sangat menginspirasi. Inspirasi-inspirasi apa saja yang bisa kita dapatkan di dalamnya?



Inspirasi-Inspirasi dari Kehidupan Fatin


Penampilan luar Fatin menyimpan banyak cerita. Mulai dari juri yang menganggapnya tidak serius karena tampil terlalu sederhana, hingga sosok anggunnya yang membuatnya sering disangka sebagai sosok feminin. Lebih dari itu, jangan coba-coba untuk mengganggunya atau Anda akan merasakan jurus-jurus maut dari karateka cantik senior pemegang sabuk hitam (DAN 1) tersebut.


Sebagai artis tentu penampilan merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan. Saat SMP dulu Fatin ini cupu (culun punya) lho, tetapi lihat sekarang, gaya berjilbabnya malah banyak dijadikan kiblat remaja masa kini.


Tak hanya cupu, Fatin dulunya juga kuper (kurang pergaulan). Namun, lambat laun dia berusaha bangkit untuk mengatasi ketakutan-ketakutannya itu. Tak mau lagi dianggap seperti debu, kakak dari Fadhil dan Fadly ini memutuskan untuk mengikuti paduan suara. Tujuannya adalah untuk mencari teman sambil menyalurkan hobi menyanyi.


Fatin dengan seragam karatenya
Sumber: http://miztia-respect.blogspot.co.id


 
Bersekolah di SMAN 97 Ciganjur, Jakarta Selatan Fatin serius menekuni bidang tarik suara. Selain aktif di paduan suara, dia juga sempat bergabung dengan Could Reach Family, band di sekolahnya yang beraliran soul jazz acoustic.


Kalau kemudian Fatin berhasil menjadi juara X-Factor Indonesia 2013 mungkin itu adalah berkat fokus dan kerja kerasnya. Setelah menang pun tak banyak yang berubah dari sosoknya, dia tetap ramah dan tidak sombong. Kini, Fatin tak lagi mengalami kesulitan dalam bersosialisasi. Pengikut Twitter dan Instagramnya saja mencapai jutaan. Itu menggambarkan bahwa penggemarnya sangat banyak. Untuk menjaga hubungan dengan para Fatinistic (sebutan untuk fansnya), Fatin selalu berusaha hadir setiap kali diundang.


 

Menjadi juara X-Factor Indonesia 2013 belumlah membuat Fatin puas. Kalau dulu di sekolahnya diwajibkan untuk belajar seruling, kini dia mulai merambah piano, lalu mencoba menciptakan lagu dengan menggunakan piano.


Untuk lebih menunjang karirnya, selepas SMA Fatin memilih kuliah di Performing arts communication London school untuk belajar akting dan dance.


 
Fatin sadar, sebagai seorang artis kesibukan yang semakin meningkat adalah sebuah konsekuensi. Oleh karena itu, dia membutuhkan fisik yang selalu prima. Agar tetap sehat, dia  memilih menjaga pola makan dan berolahraga setiap ada kesempatan. Untuk pola makan, dia suka mengkonsumsi makanan rendah karbohidrat dan menghindari cemilan di malam hari; sedangkan untuk olahraga dia memilih melakukan ten minutes workout via Youtube.


Di tahun 2016 ini, Fatin berhasil meraih penghargaan di Jerman. Itu artinya dia sudah berhasil go international. Prestasinya sebagai juara 3 pidato bahasa Inggris di SMA-nya dulu menandakan bahwa kemampuan berbahasa Inggrisnya baik dan berpotensi mendukung karirnya sehingga lebih mudah go international.


Buku Fantastic Fatin
Sumber: http://hasnanuri.blogspot.co.id/



Kejutan-kejutan indah dalam kehidupan Fatin tidaklah hadir dengan sendirinya. Ketika kesiapan dan kerja keras bertemu dengan peluang, maka lahirlah kesuksesan. Masih penasaran dengan sosok Fatin yang begitu fantastis dan menginspirasi ini? Beli saja bukunya! Buku yang ditulis oleh Sundari itu berjudul “Fantastic Fatin – Ini Baru Permulaan!”. Dan Sundari benar, kesuksesan Fatin waktu itu adalah baru permulaan. Kejutan-kejutan manis lain Insya Allah masih siap menunggunya di masa mendatang. 



*Artikel ini masuk dalam 20 besar artikel terbaik dalam lomba menulis tentang Fatin Shidqia Lubis*






07 Desember 2016

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?



Saya berani.
Dan itulah yang saya lakukan hingga kini. Bukan berarti akan mudah ya, tapi pastinya akan membuat hidup lebih menarik dan menantang. Di saat sebagian orang terjebak pada pekerjaan yang tidak disukainya, saya tidak.

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?
Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

Ada banyak alasan orang bekerja pada bidang yang tidak disukai, misalnya demi pendapatan tinggi, menuruti orang lain, gengsi, prestise, atau takut dijadikan bahan rasan-rasan negatif. Akan tetapi, ketidaksinkronan hati, pikiran, dan perbuatan mereka bisa sangat menguras energi, bahkan menurunkan semangat atau menyebabkan tidak bahagia. Itu tak baik karena belum bekerja saja sudah mengalami krisis energi. Kecuali bagi mereka yang berhasil beradaptasi, dapat tetap sukses di dalam pekerjaannya, walau mungkin masih ada perasaan bahwa itu (dia yang baru) bukan dirinya yang sesungguhnya (krisis identitas).

Menjadi Penulis Berawal dari Hobi

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

 Impian saya adalah menjadi penulis. Impian tersebut berawal dari hobi yang kemudian membawa pada bidang pekerjaan yang sama, yaitu sebagai penulis. Keputusan untuk menjadi penulis penuh ini tidak terjadi secara tiba-tiba. Nada-nada sumbang yang kerap terdengar serta tidak adanya pendukung membuat saya harus benar-benar menyiapkan nyali sebelum terjun ke dalamnya. Dimulai dari menjajaki dulu bidang-bidang lain karena berbagai alasan, kemudian berganti menjadi setengah-setengah (setengah bekerja di bidang lain dan setengah menjadi penulis), baru yang terakhir full menulis. Ternyata, hati memang tak bisa bohong. Ada perasaan tidak enjoy dan tidak bisa fokus menulis saat belum sepenuhnya terjun ke bidang ini. Akhirnya saya putuskan untuk mengakhiri semua itu dan membuat pilihan yang tidak umum: menjadi penulis penuh.

Mulai Menempuh Jalur yang Berliku

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?
Mengikuti workshop kepenulisan 

Saya belajar menulis dari nol dan secara otodidak. Proses mengirim ke penerbit atau media pun sama, dari nol juga. Segala cara ditempuh hanya berbekal kemauan kuat. Tidak tahu sama sekali plus tidak ada yang memberi tahu. Proses trial and error-nya terhitung sangat lama, mulai dari proses menulisnya, jenis tulisannya, cara mengirim ke media atau penerbit, dan lain-lain. Entah sudah berapa kali saya mengirim naskah dan tidak dimuat/tidak terbit. Banyak sekali biaya yang keluar untuk kertas, tinta printer, ongkos kirim, atau lainnya. Apalagi naskah buku yang dikirim juga sering salah alamat. 

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?
Buku pertama saya

Lambat laun jalan sebagai penulis terbuka semakin lebar. Sedikit demi sedikit saya mulai berkenalan dengan penulis lain, lebih mengenal tentang penerbit, dan bergabung dengan komunitas-komunitas kepenulisan.


Ketika Saya Berhasil, Banyak Orang Terinspirasi

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

Kalau di awal karir saya sudah menyerah saat mendapat kata-kata negatif dari orang lain, mungkin saya tidak akan sampai pada tahap ini. Dahulu, memenangkan satu kontes saja dianggap tidak mungkin oleh orang-orang di sekitar. Kemenangan akan selalu dianggap sebagai kebetulan. Bahkan sebenarnya mereka mungkin sama sekali tak berpikir bahwa saya bisa menang, pun demikian dengan penerbitan buku, mungkin sama sekali tak akan mengira kalau buku saya bisa terbit.

Ketika semua itu mampu saya patahkan, terjadilah suatu keanehan. Sepertinya, ada pandangan tak tertulis di masyarakat bahwa jika orang di dekatmu bisa maka kamu pun bisa seperti dia. Keinginan untuk mencoba itu menular ke orang-orang di sekeliling. Kakak dan adik mulai ikut-ikutan menulis lalu beberapa teman Facebook juga mengirim pesan ke inbox menanyakan berbagai hal tentang kepenulisan atau menawarkan tulisannya, tak ketinggalan pula mantan saya beserta temannya yang minta dieditkan naskahnya. Bahkan, murid saya (dulu saya seorang guru) ikut termotivasi dan berhasil menjuarai beberapa even kepenulisan setelah mengetahui karya-karya saya.

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

Sebagian hasil menulis saya (karya, hadiah, dan pembelian)


 Baru-baru ini keanehan serupa juga terjadi. Waktu itu saya berniat meng-upgrade ilmu menulis dengan mengikuti pelatihan menulis opini di media massa bersama para guru dan kepala sekolah. Di sana, banyak dari mereka yang masih lemah dalam menulis artikel. Saya tahu karena dalam pelatihan tersebut diberikan tugas-tugas berupa praktek langsung. Beberapa peserta sangat antusias untuk mengirimkan tulisannya tetapi sayang belum sesuai dengan harapan mentor. Tanpa putus asa, sang mentor terus berusaha memberi contoh-contoh tulisan opini yang sudah dimuat di koran, namun hasilnya masih mengecewakan. Baru ketika saya mengirim tugas dan mendapat apresiasi sangat positif dari mentor tersebut, secara ajaib kualitas tulisan dari peserta-peserta lain meningkat. Amazing, bukan? Inilah yang saya sebut dengan pandangan bahwa jika orang di dekat saya bisa, maka saya juga bisa. Ternyata, contoh dari teman lebih manjur daripada contoh langsung dari koran. Peserta-peserta pelatihan itu akhirnya satu demi satu bisa menembus rubrik opini di berbagai media massa.

Inilah Kepuasan Terbesar Saya

Meski perjalanan saya mungkin tidak secepat orang lain, tetapi hasil tidak mengkhianati usaha. Masa panen pun akhirnya tiba. Materi dari kemenangan lomba, honor karya yang dimuat, atau royalti sedikit demi sedikit saya dapati. Kesemua itu pasti memberikan kebahagiaan dan kepuasan tersendiri. Akan tetapi, kepuasan terbesar saya bukanlah berasal dari hal-hal tadi, melainkan dari hal-hal di bawah ini:

  • Mendatangkan apresiasi positif

Di sekitar saya (dan mungkin juga Anda), respon negatif lebih mudah dijumpai. Oleh karena itu, ketika ada orang yang merespon positif teknik menulis atau isi tulisan saya, perasaan saya bahagia ... sekali. Karena bagi saya menulis itu tidak mudah, terkadang perlu riset, pengolahan kata, pemilihan ide yang tepat, gaya bercerita yang sesuai, dan hal-hal semacam itu.

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?


Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?
Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

  • Menggugah atau menciptakan perubahan pemikiran (mindset)

Poin ke-2 ini adalah poin pemberi kepuasan puncak. Begitu pembaca merasa tergugah setelah membaca tulisan saya, perasaan saya langsung melambung jauh ke awang-awang. Sungguh, kebahagiaan dan kepuasannya tiada terkira.

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

  • Menyumbangkan ide

Seringkali tujuan menulis saya adalah untuk menyumbangkan ide, jadi tidak semata-mata tentang lomba menulis. Terlepas dari menang atau tidak, ide saya sudah sampai kepada pihak yang berwenang atau masyarakat (tergantung tema lombanya). Terkadang, terjadinya perubahan itu lebih penting daripada memusingkan ide itu milik siapa/berasal dari mana. Tetapi itu hanya antara saya dan penyelenggara ya, bukan antara saya dengan peserta lain (bukan tentang pencurian ide oleh peserta lain). Yang penting berubah ke arah positif. Itu saja.
 
Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?


Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?


  • Memberi kesejukan/menenangkan/empati

Diakui atau tidak, tidak semua orang bisa menulis dengan baik. Sementara orang yang bisa menulis dengan baik tidak semuanya mau menuliskan tentang pemikiran positifnya. Banyak orang memilih kesal saat membicarakan masalah umum di masyarakat. Sebagian di antaranya menuliskan kekesalan tersebut dengan nada-nada yang tidak ramah/tidak indah. Nah ketika saya mengangkat hal-hal tadi ke dalam tulisan secara positif, beberapa orang tadi merasa terwakili perasaannya. Di situ kami seperti terhubung oleh perasaan saling mengerti (tentang hal yang dimaksud), merasa tidak sendiri, punya saudara jauh, dan saling menghibur. 

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

  • Menginspirasi untuk ikut mencoba

Ini seperti yang sudah saya utarakan di atas. Jadi, keberanian untuk mencoba/memulai/mendalami itu menular, optimisme itu menular, semangat itu menular, dan ... apa lagi yang lebih indah daripada menularkan hal-hal positif kepada orang-orang di sekeliling?

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

 Lima hal di atas itulah yang memberikan saya kepuasan terbesar sebagai penulis. Membuat saya merasa bahwa hidup saya bermakna dan beroleh kebahagiaan dunia. Jika beruntung, terselip pula harapan bahwa tulisan-tulisan saya akan bernilai ibadah atau sedekah jariyah.

Hidup ini singkat. Walau sekadar hobi, jadikanlah bernilai. Itulah yang saya lakukan dengan hobi dan sekaligus pekerjaan ini.

Jika Impianmu Tidak Umum, Beranikah Kamu Mewujudkannya?

Tak masalah jika impian kita tidak umum, asalkan kita yakin dan bersungguh-sungguh di dalamnya. Kelak, Insya Allah, kesungguhan hati tersebut akan mengantarkan kepada kesuksesan/kepuasan/kebahagiaan, yang akhirnya sedikit banyak bisa menginspirasi orang-orang di sekitar.